DOMAIN DALAM TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Oleh: Mustadi, S.Pd.I & M.Muhtarom, S.Pd.I
I. PENDAHULUAN
Proses pembelajaran melibatkan dua subyek, yaitu guru dan siswa yang akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran bersifat non-fisik, seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan.
Guna mencapai hasil atau tujuan pembelajaran perlu dipersiapkan perencanaan yang meliputi domain dalam teknologi pembelajaran. Domain dalam teknologi pembelajaran merupakan bidang garapan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat efektif bilamana tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai secara optimal.
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran, sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut. Apabila guru tidak mengetahui secara pasti apa yang ingin dicapainya dan apabila tujuan instruksionalnya tidak diperhatikan, maka hasil pengajarannyapun tidak akan baik.
Dilihat dari sejarahnya, tujuan pembelajaran pertama kali diperkenalkan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950 yang diterapkan dalam ilmu pembelajaran. Kemudian diikuti oleh Robert Mager yang menulis buku yang berjudul Preparing Instructional Objective pada tahun 1962. Selanjutnya diterapkan secara meluas pada tahun 1970 diseluruh lembaga pendidikan termasuk di Indonesia.
Bagaimanapun juga merumuskan tujuan secara tepat itu memang sulit, jauh lebih mudah masuk kelas lalu mengajar begitu saja daripada terlebih dahulu memikirkan dan merumuskan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa-siswanya. Meskipun sulit, merumuskan tujuan itu amat penting, sebab kalau tidak demikian siswa akan menjadi korban. Pendekatan sistematis terhadap pengajaran dengan merumuskan tujuan dengan mengacu pada teori-teori pembelajaran yang telah lazim digunakan yang dirumuskan dengan kata-kata yang operasional adalah merupakan langkah pertama.
II. PEMBAHASAN
Penuangan perencanaan pembelajaran yang matang sehingga dapat mengarah pada domain pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi diperoleh hasil yang maksimal. Keuntungan yang dapat diperoleh melalui perencanaan yang mengarah pada tujuan pembelajaran yang meliputi aspek domain pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat.
2. Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi yang dibahas secara mendalam atau terlalu sedikit.
3. Guru dapat menetapkan berapa banyak materi yang dapat disajikan dalam setiap pelajaran.
4. Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat.
5. Guru dapat menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar yang paling cocok, tepat dan menarik .
6. Guru dapat menetapkan bahan, media dan peralatan yang dibutuhkan .
7. Guru dapat mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar.
8. Guru dapat menjamin bahwa hasil belajar akan lebih baik.
Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah yaitu :
a. Prinsip Metodologis
Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar.
b. Prinsip Psikologis
Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.
c. Prinsip Logis
Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten
d. Prinsip Tujuan
Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nila. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral.
Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang menunjukkan tingkat kesulitan. Sebagai contoh , mengingat fakta lebih mudah daripada menarik kesimpulan. Atau menghafal , lebih mudah daripada memberikan pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merefleksi pada kesulitan dalam proses belajar mengajar.
Sudah banyak diketahui bahwa mula mula taksonomi Blom terdiri dari dua bagian yaitu domain kognitif (cognitive domain) dan domain afektif (affective domain). Pencipta dari kedua taksonomi ini merasa tidk tertarik pada psikomotor domain karena mereka melihat hanya sedikit kegunaannya di Sekolah Menengah atau Universitas (Bloom, 1956). Akhirnya Simpson melengakapi domain yang ada dengan domain Psikomotor (1966) .
Secara garis besar Bloom dan kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pedidikan pada 3 tingkatan :
1. Kategori tingkah laku yang verbal
2. Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan
3. Tingkah laku kongkret yang terdiri dari tugas-tugas dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir butir soal
Bloom membuat skema hirarki pengetahuan yang dibedakan atas :
- Domain Psikomotor
- Domain Afektif (perilaku)
- Domain Kognitif (pengetahuan)
Pembelajaran di level atas sangat tergantung pada pencapaian di level bawahnya.
A. DOMAIN KOGNITIF
Level pembelajaran domain kognitif
1. Knowledge -> mengingat sesuatu
2. Comprehension -> menengkap / memahami arti sesuatu
3. Application -> menggunakan sesuatu dalam situasi kongkret
4. Analysis -> memecah sesuatu menjadi material pembentuknya
5. Synthesis -> menyusun bagian-bagian menjadi satu
6. Evaluation -> menilai sesuatu berdasar criteria tertentu
B. DOMAIN AFEKTIF
Kategori utama domain afektif :
1. Receiving phenomena -> kewaspadaan, mau mendengar
2. Responding to phenomena -> partisipasi aktif sebagai pembelajar
3. Valuing -> nilai seorang melekat pada perilaku
4. Organization -> mengorganisasi nilai ke dalam prioritas
5. Characterization -> memiliki system nilai yang mengatur perilaku
C. DOMAIN PSIKOMOTOR
1. Perception -> mampu melakukan pergerakan
2. Set -> kesiapan bertindak
3. Guided response -> melakukan imitasi , trial dan error
4. Mechanism -> menjadi kebiasaan
5. Compleax overt response -> pola pergerakan kompleks
6. Adaptation -> memodifikasi pola pergerakan
7. Origination -> menciptakan pergerakan baru
Keterangan lebih lanjut sebagai berikut :
1. Domain Kognitif
Domain Kognitif adalah domain yang membahas tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Domain Konitif terdiri dari 6 tingkatan yang secara hierarkis berurutan dari yang paling rendah (pengetahuan ) sampai yang paling tinggi evaluasi. Dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tingkat Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan disini diartikan kemammpuan orang dalam menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterima.
Contoh :
Siswa dapat menyebutkan kembali bangun bangun geometri yang berdimensi tiga
b. Tingkat Pemahaman (Comprehension)
Pemahanan disisni diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan , menafsirkan , menterjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
Contoh :
Siswa dapat menjelaskan dengan kata-katanya sendiri tentang perbedaan bangun geometri yang berdimensi dua dan berdimensi tiga.
c. Tingkat penerapan (Application)
Penerapan disini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari hari.
Contoh:
Siswa dapat menentukan salah satu sudut dari suatu segi tiga jika diketahui sudut-sudut lainnya.
d. Tingkat Analisis (Analysis)
Analisis disini diartikan kemampuan seseorang dalam menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep konsep dasar.
Contoh :
Siswa disuruh menerangkan apa sebab pada waktu mendung dan ada angin kencang tidak segera hujan.
e. Tingkat Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan kemampuan sesorang dalam mengkaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
Contoh :
Siswa dapat menyusun rencana belajar masing-masing sesuai kebijaksanaan yang berlaku di sekolah.
f. Tingkat Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi di sini diartikan kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan criteria atau pengetahuan yang dimiliki.
Contoh :
Siswa dapat menilai kualitas kemampuan pemikiran temannya berdasarkan kemampuan sendiri.
2. Domain Afektif
Domain Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian guru. Para guru lebih banyak menilai domain kognitif semata-mata. Tipe belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran , disipiln , motivasi belajar, menghargai guru, dan teman sekelas , kebiasaan belajar, dan hubungan social.
Sekalipun bahan pelajaran berisi domain kognitif , domain afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut. Dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh sebab itu peinting dinilai hasil-hasilnya.
Ada beberapa jenis kategori domain afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.
a. Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan(stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasukmkesadaran keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
b. Responding (Jawaban), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
c. Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tsb.
d. Organization (Organisasi) yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi, termasuk hubungan satu nilai dngan ilai lain , pemantapan dan prioritas nilai yang dimilikinya. Yang termasukmkedalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi system nilai, dll.
e. Characterization (Karakteristik) nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua system nilai yyang telah dimiliki seseorang , yang mempengaruhi pola keoribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya termasuk keseluruan nilai dan karakteristiknya.
3. Domain Psikomotor
Bloom , Khathwohl dan kawan-kawannya belum menyusun taksonomi dari segi psikomotor. Tetapi sudah ada suatu t5aksonomi untuk segi ini , dan telah mendapat perhatian belakangan ini . Ringkasan system ini dikembangkan oleh E.J. Simpon , disajikan dibawah ini :
a. Persepsi
Langkah pertama dalm melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah menyadari obyek, sifat, atau hubungan –hubungan melalui alat indra . langkah ini bagian utama dalam rangkaian situasi-situasi interprestasi –tindakan yang menimbulkan kegiatan motoris,
b. Set
Set adalah kesiapan untuk melakukan sesuatu tindakan atau untuk bereaksi terhadap sesuatu kejadian meanuarut cara tertentu. Ada tiga aspek set aspek intelektual, aspek fisis, dan aspek emosional.
c. Respon Terbimbing.
Inilah tingkat permulaan dalam mengembangkan ketrampilan motoris. Yang ditekanialah kemampuan-kemampuan yang merupakan bagian dari ketrampilan yang kompleks. Respon terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat diamati, yang terjadi dengan bimbingan individu.
d. Respon mekanis.
Pada taraf ini siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan. Sudah terbentuk kebiasaan dalam dirinya untuk ber-respon sesuai dengan jenis-jenis perangsang dan situasi yang dihadapi.
e. Respon kompleks.
Pada taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris yang boleh dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut sudah kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara efisien dan lancar , yaitu dengan menggunakan tenaga dan waktu yang sesedikit mungkin.
f. Adaptasi
Adaptasi berkenaan dengan ketrampilan yang sudah berkembang pada diri individu uyang bersangkutan mampu memodifikasi (membuat perubahan) pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Hal ini terlihat seperti pada orang yanh bermain tenis , pola-pola gerakan disesuaikan dengan kebutuhan mematahkan pearmainan lawan.
g. Originasi
Originasi menunjukkan pada penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan denga situasi atau masalah tertenatu . basanya hal ini dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ketrampilan yang tinggi seperti menciptakan mode pakaian, komposisi music, atau menciptakan tarian.
Menurut Anita Harrow (1972), kebanyakan para guru tidak dapat menuntut pencapaian 100 dari tujuan yang dirumuskan kecuali hanya berharap bahwa ketrampilan yang dicapai siswa-siswanya akan sangat mendukung mempelajari ketrampilan lanjutan atau gerakan-gerakan yang lebih kompleks sifatnya . selain yang dikemukakan tersebut , Harrow juga memberikan saran mengenai bagaimana melakukan pengukuran terhadap ranah psikomotorini. Menurutnya, penentuan criteria untuk mengukur ketrampilan siswa harus dilakukan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kurang dari waktu tersebut diperkirakan para penilai belum dapat menangkap gambaran tentang pola ketrampilan yang mencerminkan kemampuan siswa.
Garis besar taksonomi yang dikemukakan oleh Harrow adalah :
1. Gerakan Reflek (reflex movement)
Respon gerakan yang tidak disadari yang dimiliki sejak lahir.
Kesemuanya berhubungan dengan gerakan yang dikoordinasi oleh otak dan bagian bagian sumsum tulang belakang yang meliputi:
1.1 segmental reflexes
1.2 intersegmental reflexes
1.3 suprasegmental reflexes
2. Dasar gerakan (basic fundamental movement)
Gerakan-gerakan yang menuntun kepada ketrampilan yang sifatnya kompleks
2.1 Locomotor movement
gerakan-gerakan yang mendahului kemampuan berjalan (tengkurap, merangkak, tertatih-tatih, berajalan, berlari, melompat, menggaelinding, memanjat)
2.2 Nonlocomotor movement
Gerakan-gerakan dinamis di dalam suatu ruangan yang bertumpu pada sesuatu sumbu tertentu.
2.3 Manipulative movement
Gerakan-gerakan yang terkoordinasikan seperti dalam kegiatan bermain piano, menggambar, naik sepeda, mengetik, dsb.
3. Perceptual abilities
Kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerakan
3.1 Khinethenic discrimination
Menyadari akan gerakan-gerakan tubuh seseorang
3.1a. body awareness
Menyadari gerakan pada dua sisi tubuhnya, pada satu sisi, keratsebelahan dan keseimbangan.
3.1b. body image
Perasaa-perasaan tentang adanya gerakan yang berhubungan dengan badannya sendiri.
3.1c. body relationship to surrounding objects in space
Konsep tentang arah dan kesadaran badan dalam hubungannya dengan lingkungan ruang sekitar.
3.2 visual discrimination
visual acuity (kemampuan membedaan bentuk dan bagian), visual tracking (kemampuan mengikuti objek), visual memory (mengingat kembali pengalaman visual), figureground differentiation (membedakan figure yang dominan diantara latar belakang yang kabur), dan consistency (pengalaman konsep visual).
3.3 auditory discrimination
meliputi auditory acuity, auditory tracking, auditory memory
3.4 tactile discrimination
kemampuan untuk membedakan dengan sentuhan
3.5 coordinated activities
koordinasi antara mata dengan tangan dan mata dengan kaki.
4. Physical ability
Kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan gerakan-gerakan ketrampilan tingkat tinggi.
4.1 ketahanan (Endurance)
kemampuan untuk melanjutkan aktivitas , termasuk ketahanan otot dan denyut jantung.
4.2 kekuatan (strength)
kemampuan untuk menggunakan otot untuk mengadakan perlawanan.
4.3 flexibility
rentangan gerakan dan sendi
4.4 kecerdasan otak (agility)
kemampuan untuk bergerak cepat termasuk kemampuan untuk mengubah arah, memulai atau berhenti, mengurangi waktu, tenggang antara reaksi dan respons (tampak dalam kecekatan), dan meningkatkan dexterity (meningkatkan ketangkasan=deftness).
5. Skilled movement
Gerakan-gerakan memerlukan belajar misalnya ketrampilan dalam menari, olaah raga dan rekreasi.
5.1 simple adaptive skills
setiap adaptasi yang berhubungan dengan dasar gerakan dasar 2.2
5.2 compound adaptive skills
gerakan kombinasi untuk menggunakan alat-alat seperti rakeet, parang, dsb.
5.3 complex adaptive akills
menguasai mekanisme seluruh tubuh seperti dalam senam (gymnastic)
6. Nondiscoursive communication
kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan gerakan misalnya ekspresi wajah , postur, dsb.
6.1 expressive movements
gerakan gerakan yang digunakan dalam kehidupan sehari hari seperti sikap dan gerak tubuh isyarat, ekspresi wajah.
6.2 imterpretive movement
gerakan sebagai bagian dari bentuk seni termasuk estetis, gerakan-gerakan kreatif (improvisasi) dsb.
Disamping 3 domain pembelajaran yang telah dikonsepkan oleh Bloom yang lazim digunakan dalam pembelajaran dalam dunia pendidikan ada juga konsep domain yang lain , yaitu:
1. Kognitive Domain
2. Affective Domain
3. Sensorimotor Domain
4. Social Domain
a. Dimensi proses kognitif
1. Mengingat: Memori jangka panjang
2. Memahami: Membangun makna informasi
3. Menerapkan: Menggunakan suatu prosedur pada suatu situasi baru
4. Menganalisis: Menguraikan materi ke bagian-bagian kemudian menentukan hubungan antar bagian-bagian
5. Mensintesis: Membangun hipotesis
6. Mengevaluasi: Judgment berdasarkan kriteria
7. Berimajinasi: Menciptakan dan menjelajah gambaran mental dari situasi yang tidak tersajikan secara pisik
8. Mengkreasi: Menciptakan hal-hal yang baru/yang berbeda dengan yang sudah ada
b. Dimensi Proses Afektif
1. Menerima (Receive)
2. Menanggapi (Respons)
3. Menerapkan nilai (Value)
4. Mengorganisasi nilai (Organize)
5. Menginternalisasi nilai (Internaliza)
6. Mengkarakterisasi dengan nilai-nilai yang sudah ada (Characterize)
7. Mengagumi (Wonder)
8. Menyampaikan gagasan (aspire)
c. Dimensi Proses Sensorimotor
1. Mengamati (observe)
2. Bereaksi (React)
3. Melakukan (Act)
4. Menyesuaikan terhadap situasi/sekitar (Adapt)
5. Melakukan sesuatu yang sesungguhnya (authenticate)
6. Mengharmonisasikan hal-hal yang berbeda seperti antara gerakan dengan apa yang didengar/dilihat (Harmonize)
7. Berimprovisasi: membuat hal-hal yang berbeda/yang lain dari yang lain (improvise)
8. Menemukan hal-hal baru (inovate)
d. Dimensi Proses Sosial
1. Menghubungkan (Relate)
2. Berkomunikasi (Communicate)
3. Berperanserta (Partisipate)
4. Bernegosiasi (Negotiate)
5. Memutuskan dengan pertimbangan (adjudicate)
6. Berkolaborasi dengan orang lain (Collaborate)
7. Berinisiatif untuk melakukan hal-hal baru (Inisiate)
8. Mengubah sesuatu yang sudah ada (Convert)
KATA-KATA OPERASIONAL UNTUK PERUMUSAN INDIKATOR
Cognitive Domain
(CD) Affective Domain
(AD) Sensorimotor Domain
(SED) Social Doman
(SOD)
• Menjelaskan
• Menyebutkan
• Membedakan
• Menemukan hubungan
• Menganisis data
• Menerapkan konsep
• Menarik kesimpulan
• Menghitung nilai sesuatu
• Berpartisipasi
• Bijaksana
• Memimpin
• Tanggung jawab sosial
• Berorganisasi
• Menjalin relasi
• Peduli sosial
• Memiliki ide
• Membangun
• Dan lain-lain • Beriman dan bertaqwa
• Menghargai pendapat orang lain
• Jujur
• Empati
• Disiplin
• Loyal
• Toleransi
• Kritis
• Santun
• Percaya diri
• Rela berkorban
• Kerja keras
• Menghormati
• Berani mengambil resiko
• Ramah
• Dan lain-lain • Membaca
• Menulis
• Mengukur
• Menerapkan sesuatu
• Mengolah data
• Mengidentifikasi masalah
• Membaca grafik
• Membuat grafik
• Mendengarkan keterangan
• Menyajikan data
• Mengoperasikan sesuatu
• Bermain peran
• Kerja praktek
• Dan lain-lain • Berkomunikasi dalam berbagai bahasa
• Bekerja sama
• Harmonis bersama orang lain
• Kreatif
• Produktif
• Sopan santun dalam berbicara dan bertindak
• Memprakarsai
• Memperlopori
• Berpartisipasi
• Bijaksana
• Memimpin
• Tanggung jawab sosial
• Berorganisasi
• Menjalin relasi
• Peduli sosial
• Memiliki ide
• Membangun
• Dan lain-lain
III. PENUTUP/KESIMPULAN
Tujuan pembelajaran: pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus atau dimana saja dalam kontinum umum ke khusus. Karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran dengan mengoptimalisasikan domain-domain dalam pembelajaran sebagai alat untuk menyusun program dan juga sebagai pijakan dalam proses pembelajarannya maupun dalam mengontrol dan menevaluasi hasil pembelajaran.
Dalam domain pembelajaran ini memang disusun secara berjenjang dan secara sistimatis dalam sebuah system instuksional. Namun sebaiknya kita tidak memahami bahwa jenjang awal tidak sepenting jenjang selanjutnya. Misalnya sintesis lebih penting daripada knowledge. Impelementasinya dalam kegiatan pembelajaran seharusnya dapat memperkaya aktivitas itu sendiri. Dan yang paling penting, memang pendidikan seharusnya tidak hanya menyentuh ranah kognitif saja melainkan ranah afeksi dan psikomotornya. Ketiga ranah tersebut harus bersifat holistic.
DAFTAR PUSTAKA
____ http://sertifikasiprofesi.blogspot.com/2008/05/taksnonomi-pembelajaran-empat-taksonomi.html, Diposkan oleh Sertifikasi Jalur Pendidikan, diacces hrai kamis, 13 Januari 2011.
Hamzah B. Uno, 2008, Perencanaan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.
Nana Sudjana, 2005, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Rohmat, 2010, Terapan teori teknologi instruksional dalam proses, Logung creative design, Yogyakarta.
Rohmat, 2010, Media Pembelajaran Suatu Pengantar, Logung, Yogyakarta.
S. Eko Putro Widoyoko, 2009, Evaluasi Program Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Suharsimi Arikunto,2005, dasar-dasar evaluasi pendidikan,PT Bumi Aksara, Jakarta.
W. James Popham dan Evi L. Baker, 1992, Teknik Mengajar Secara Sistematis, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar